“Misalnya setelah lulus kuliah nanti kamu mau
ikut tes penerimaan CPNS, Bapak gak akan melarang. Tapi yang pasti, Bapak gak
akan mengeluarkan uang satu rupiah pun untuk menyogok supaya kamu bisa lulus.
Kalau pun kita punya uang banyak, lebih baik uang itu Bapak kasih ke kamu untuk
modal usaha. Nah, apalagi kalau gak ada uang.”
Masih
teringat jelas perkataan itu ketika awal gue menduduki bangku perkuliahan. Saat
itu, gue cuma membalasnya dengan tersenyum dan mengangguk. Sama sekali gak
pernah terpikirkan sebelumnya bagi gue untuk mengikuti seleksi CPNS. Tentu
sudah gak asing kita sering mendengar banyak kabar dan suara-suara miring yang
berhembus bahwa seleksi CPNS sekarang sudah gak bersih, hampir selalu terjadi
kecurangan, mulai dari politik KKN, suap, hingga pungutan liar. Seolah-olah
kita yang dari kalangan menengah ke bawah percuma jika bercita-cita menjadi PNS.
Entahlah, mendengarnya saja gue cuma bisa mendesah panjang. Hhhhhhh! Kapan
Negara ini akan maju jika orang-orang penting di dalamnya direkrut dengan cara
penuh kecurangan?
Sekitar
bulan Juli 2012, gue mendapat kabar dari kakbro bahwa sedang dibuka penerimaan
CPNS Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah Sumatera Selatan.
Saat itu kakbro berniat mengajak gue untuk mendaftar setelah mendapat
rekomendasi dari seorang sepupu. Awalnya, gue ragu atas ajakan tersebut. Namun,
setelah berpikir ulang, tidak ada salahnya untuk mengiyakan, hitung-hitung
mencari pengalaman dan membuktikan secara langsung isu ‘kecurangan’ yang santer
terdengar. *halah* Walaupun rasa pesimistis itu pasti ada, mengingat kuota yang
dibutuhkan untuk kantor wilayah Sumatera Selatan terbilang sedikit, hanya 66
formasi, yaitu: 5 untuk kelompok Sarjana (S1)/Kualifikasi Jabatan Perancangan
Peraturan Perundang-undangan; 6 untuk kelompok Sarjana (S1)/Kualifikasi Jabatan
Pemeriksa Dokumen Imigrasi; dan 55 kelompok SMA sederajat/Kualifikasi Jabatan
Pengamanan Masyarakat (sipir). Gue pun mendaftar di kelompok SMA sederajat
karena ketika itu gue masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 di
Universitas Sriwijaya.
Semua
berkas persyaratan administrasi yang harus dilengkapi saat itu meliputi:
fotokopi ijazah/STTB dan NEM/UAS/UN terakhir; fotokopi surat keterangan catatan
kepolisisan (SKCK); fotokopi kartu kuning/kartu pencari kerja; surat keterangan
berbadan sehat, tidak buta warna, tidak tuli dan tidak bertato dari dokter RS
pemerintah/Puskesmas; surat pernyataan tidak bertato, sehat, tidak buta warna,
tidak tuli; surat pernyataan tidak bekerja dengan instansi lain baik pemerintah
maupun BUMN; pas foto berwarna dasar biru ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar; tanda
bukti cetak/print registrasi pendaftaran; fotokopi sertifikat komputer dan
lainnya; fotokopi KTP dan kartu keluarga. Surat lamaran dan semua berkas persyaratan
pun sudah gue lengkapi, saat itu kebetulan
ada kakbro yang membantu mengurus semua pengirimannya. Kakbro yang repot, gue
malah leha-leha di rumah. Kalo diingat-ingat lagi masa itu, gue sekarang merasa
begitu licik. Hingga beberapa minggu kemudian terbit pengumuman bahwa berkas yang
gue ajukan lulus administrasi bersama ribuan pelamar lainnya. Semua pelamar
yang dinyatakan lulus kemudian diminta hadir ke kantor wilayah Kemenkumham Sumatera
Selatan untuk melakukan tahap verifikasi berkas dan mendapat kartu peserta
ujian.
Tes Kesehatan
dan Kesamaptaan (Agustus 2012)
Tes Kesehatan dan Kesamaptaan dilaksanakan di Gedung
Olahraga (GOR) Sumatera Selatan. Tes ini dilakukan dalam dua hari, dengan
antrean diurutkan berdasarkan abjad nama peserta. Hal ini dikarenakan jumlah
peserta tes yang mencapai ribuan. Iya, RIBUAN. Saat itu gue sempat berpikiran
ini sebenarnya seleksi CPNS atau audisi Indonesian Idol. Kebetulan, kakbro mendapat
giliran di hari pertama dan gue mendapat giliran di hari kedua.
Tes
kesehatan dimulai dengan mengecek keadaan fisik peserta, seperti mengukur tinggi
badan (TB) dan berat badan (BB). Pengukuran ini dilakukan di ruangan terbuka
dan sangat transparan. Semua peserta yang tinggi dan bobotnya gak memenuhi
standar persyaratan akan langsung dipulangkan tanpa pilih kasih. Tuh kan, mirip
ajang-ajang pencarian bakat yang ada tahap eliminasinya. Setelah tes pengukuran
fisik, lalu dilanjutkan dengan tes buta warna, tekanan darah, hingga pengecekan
apakah peserta memiliki lukisan di tubuh (tato). Untuk tahap ini, penderita
panu masih diberi toleransi.
Tahap
selanjutnya adalah tes kesamaptaan. Tes ini meliputi: lari 12 menit minimal
jarak tempuh 1200 meter; sit up
maksimal 1 menit; push up maksimal 1
menit; dan shuttle run jarak 10
meter. Dari semua tes tersebut akan diambil skor masing-masing lalu dijumlahkan
untuk menyaring kembali peserta yang nilainya memenuhi standar kelulusan. Di
tahap ini ketahanan fisik memang diuji karena gak sedikit peserta yang
kelelahan bahkan sampai pingsan karena kurangnya kesiapan diri. Menjelang sore,
tes pun usai. Gue sangat bersyukur bisa melewati semua tes dengan lancar tanpa
hambatan.
Pada
tanggal 31 Agustus 2012, hasil Tes
Kesehatan dan Kesamaptaan pun diumumkan. Menurut surat pengumuman NOMOR : W5.KP.02.01-0939, gue dinyatakan
lulus seleksi tahap ini. Thank God
It’s Awesome.
Tes Kompetensi
Dasar (September 2012)
Setelah dinyatakan lulus pada tahap Tes Kesehatan
dan Kesamaptaan, selanjutnya gue mengikuti tahap Tes Kompetensi Dasar (TKD).
Awalnya gue mengira yang diandalkan di tahap ini hanyalah kecerdasan akademik,
tapi ternyata juga nilai kepribadian. O~MAI~GAT!
Satu hari sebelum TKD, gak ada persiapan yang cukup
berarti yang gue lakukan. Hingga malamnya sebelum hari H jadwal tes, gue baru
memutuskan untuk membaca beberapa contoh soal CPNS yang sebelumnya sudah gue
pinjam dari seorang sepupu. Persiapan yang kurang matang ini mungkin akan
berbuah penyesalan jika saja keesokan harinya gue blank saat menjawab soal tes.
Jadwal TKD pun tiba. Gue sudah duduk di kursi
berdasarkan nomor urutan yang tertera di kartu peserta ujian. Sebelum ujian
dimulai, pengawas menjelaskan bahwa selama proses ujian akan didokumentasikan
dalam gambar dan video untuk menghindari kecurangan. Di sini gue menemukan
banyak hal yang patut diapresiasi dari kerja keras pengawas untuk meminimalisir
kecurangan. Tes ini benar-benar bersih, ibarat lantai keramik yang ketumpahan
wipol.
Untuk mencapai target passing grade kelulusan dalam tes TKD ini, peserta diwajibkan
menyelesaikan 200 butir soal yang dikelompokkan dalam 3 kategori soal, yaitu
karakteristik pribadi, intelegensia umum, dan wawasan kebangsaan. Dari
ketiganya, karakteristik pribadi merupakan faktor yang paling menentukan
kelulusan. Hal ini hampir mirip dengan sistem rapor kenaikan kelas atau pun
kelulusan di sekolah. Sebagai contoh, misalnya ada siswa yang nilai
kumulatifnya tinggi, tetapi siswa tersebut gak naik kelas karena nilai mata
pelajaran bahasa Indonesia di bawah target nilai minimum. Passing grade yang ditetapkan untuk peserta kelompok SMA/sederajat,
nilai minimumnya adalah 25 untuk karakteristik pribadi, 5 untuk intelegensia
umum, dan 5 untuk wawasan kebangsaan. Untuk memperoleh nilai tersebut, jawaban
yang benar untuk karekteristik pribadi 50, intelegensia umum 10, dan wawasan
kebangsaan 10. Karena setiap jawaban yang benar bernilai 0,5.
Saat itu para peserta TKD diberikan waktu 90 menit
untuk mengisi lembar jawaban komputer (LJK). Jujur saja, saat itu 50 soal
kategori intelegensia umum gue jawab hanya dengan modal mengingat-ingat apa
yang gue tahu dan pernah pelajari. Begitu pun dengan 50 soal kategori wawasan
kebangsaan. Gue masih ingat betul, ketika itu hanya 30 menit waktu tersisa
untuk gue menjawab 100 soal terakhir, kategori karakteristik pribadi. Sebenarnya,
soal terakhir ini gampang-gampang susah karena ini menyangkut tes kepribadian
kita sendiri. Jika kita flashback ke
masa sekolah dulu, anggaplah bagian ini tentang pelajaran budi pekerti, pertanyaannya
menyangkut sikap dan perilaku kita sehari-hari. Rumus menjawabnya kira-kira
seperti ini: lebih baik memberi daripada menerima, lebih baik team work daripada individualis, lebih
baik tenang daripada terburu-buru, dan sebagainya. Saat itu mata gue begitu
fokus tertuju pada soal-soal yang belum terjawab, gak ada pikiran sedikit pun
untuk menoleh kepada peserta yang lain. Gak ada teman yang jawabannya bisa
dicontek, semua orang di sekeliling gue adalah orang asing. Syukurnya, saat
detik-detik menjelang waktu habis, semua soal sudah berhasil gue jawab dengan
kemampuan apa adanya. Saat itu gue sadar, ternyata gak ada yang lebih melegakan
daripada menjawab soal ujian tanpa mencontek dan tanpa bocoran soal. Ikhtiar
sudah dilakukan, kemudian tugas gue hanyalah ikhlas.
Tahun 2012, memang banyak terjadi perubahan dalam
sistem pengumuman seleksi CPNS. Misalnya, dengan diadakannya transparansi nilai
peserta ujian yang di tahun-tahun sebelumnya gak pernah dipublikasikan. Beberapa
minggu sebelum pengumuman tahap akhir, gue mendapat kabar bahwa nilai TKD sudah
bisa dilihat di situs resmi Kemenkumham. Nilai 65 tertera di sana. Meskipun gak
terlalu tinggi, tapi seenggaknya itu membuat gue optimistis bisa lulus hingga
tahap akhir.
Pengumuman
Hasil Akhir Seleksi CPNS Kemenkumham (Oktober 2012)
Hasil akhir seleksi CPNS yang rencananya akan
diumumkan pada akhir September ternyata ditunda hingga tanggal 10 Oktober. Mundurnya
pengumuman hasil tes CPNS Kemenkumham ini rupanya sempat menimbulkan kecurigaan
di kalangan masyarakat, termasuk gue yang awam. Namun, Wakil Menteri
Kemenkumham, Denny Indrayana akhirnya buka suara dan memberi penjelasan bahwa
pihaknya belum menerima utuh hasil tes CPNS Kemenkumham dari Kemen
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sehingga pengumuman yang
semula sudah ditunda beberapa minggu, terpaksa ditunda lagi hingga tanggal 16
Oktober.
Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. 16 Oktober
2012, pukul 08.00 WIB, hasil akhir seleksi CPNS Kemenkumham sudah diumumkan di
situs resminya kemenkumham.go.id.
Berjuang di jalan yang baik dengan cara yang baik memang selalu diarahkan pada
hal-hal baik. Gue dinyatakan LULUS tahap akhir berdasarkan pengumuman NOMOR :
SEK.KP.02.01-667. And oh, I’m so proud of
what I did. Tinggal satu tahap terakhir, yaitu pemberkasan ulang yang
dilakukan pada tanggal 31 Oktober hingga 2 November.
Sampai di sini masih ada yang berpikir bahwa setiap
orang yang lulus tes CPNS gak pernah ada yang murni? Untuk lulus CPNS, selalu
butuh uang yang banyak dan ujian hanya sekadar formalitas? Percaya deh, semuanya
hanya pertanyaan yang melemahkan. Seenggaknya gue sudah membuktikan bahwa seseorang
bisa lulus CPNS dengan cara yang bersih atau jika meminjam istilah Denny
Indrayana, CPNS = Calon Pegawai Nihil Setoran. Semoga saja ke depannya kita gak
lagi mendengar desas-desus kecurangan yang tentu saja dampaknya akan mencoreng
citra baik birokrasi bangsa ini.
*LENCANG DEPAAAAN, GRAAAK!*
4 Komentar
Gue juga udh sering ikut.. Hasilnya nihil...
BalasHapusMasih banyak yg gak ngeluarin sepeserpun untuk lulus dan sebaliknya.
wah, selamat ya! semoga menjadi abdi negara yang santun yang bisa membuat bangsa kita ini semakin maju!
BalasHapusmemang, tidak setiap yang lulus tes CPNS itu karena uang sogokan, tapi ya tetap aja ada "kuota" kursi yang tersedia bagi yang ingin menyogok. soalnya ya sama-sama butuh (uang) kan?
Selamat ya mas :D heheh semoga berkah
BalasHapusAmin ya Allah :) Semoga berkah hehe
HapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!