“Maafin Dona, Mih. Tapi Mamih harusnya
sadar, dia itu laki-laki berengsek.”
Dona menahan isaknya yang nyaris
meledak.
“Laki-laki yang Mamih percaya
sebagai pengganti papa buat Dona, laki-laki yang Dona setujui menjadi suami
baru untuk Mamih, laki-laki itu juga yang kemarin merusak masa depan Dona.”
“Aww!” Mamih menampar pipi sebelah
kiri Dona. “Ampun, Mih!”
Kaki kanan Mamih mendarat indah di
paha dan punggung Dona, secara bergantian.
Dona mengerjapkan matanya.
Ditatapnya langit-langit kamar yang bercat putih. Ini sudah sekian kalinya ia dibayangi
rasa bersalah semenjak kejadian yang menimpanya beberapa hari yang lalu.
Keputusan Dona membeberkan
pelecehan Om Danis terhadapnya, ternyata menyulut amarah Mamih. Amarah yang
ditujukan pada Dona, korban pelecehan. Berkali-kali Dona menjelaskan kalau
posisinya adalah korban. Mamih tetap menyangkal, malah menuduh Dona sebagai
wanita penggoda, dan mengusirnya.
Dona masih menatap langit-langit
kamar ruangan instalasi gangguan mental. Di bola matanya, terlihat kobaran api
yang menyala-nyala, membakar dua tubuh manusia yang sedang telanjang bulat dan
saling berangkulan.
“Selamat malam pertama, Mamih dan
Om Danis.”
0 Komentar
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!