Baru kali ini baca teenlit tapi serasa nggak baca teenlit. Mungkin
karena tema remaja yang diangkat di novel ini agak serius: bipolar
disorder.
Bercerita tentang Princesa atau biasa disapa Cesa, yang bertutur (ya, novel ini memakai PoV 1, anggap saja isi diary dari tokoh Cesa) tentang kesehariannya bersama sang kakak, Jinan, yang menderita bipolar disorder.
Mood Jinan yang naik-turun seperti roller coster rupanya berpengaruh besar pada kehidupan Cesa. Mulai dari tabahnya ia menghadapi emosi Jinan yang meledak-ledak lalu berusaha menenangkannya, konflik antara orangtua mereka yang nggak harmonis, juga tentang kisah cinta mereka yang melibatkan Nathan. Sebenarnya bukan cuma Nathan, masih ada cowok bernama Aksel dan Vendetta yang menambah rumit kisah asmara Cesa.
Plot yang dipakai penulis kebanyakan flashback, di mana tokoh Cesa dijabarkan seringkali mengulas kembali momen-momen yang dilaluinya bersama sang kakak.
Yang menjadi poin plus di novel ini adalah kelihaian penulis menyisipkan konflik-konflik dalam alur ceritanya. Poin tambahan lagi karena penulis memasukkan judul novel-novel populer mulai dari novel karya Haruki Murakami sampai penulis lokal A.S. Laksana (yang semuanya belum kubaca, fyi) di novel ini, dan memberi informasi tambahan tentang isinya—juga kaitannya dengan tokoh dalam cerita. Karakter-karakter tokohnya juga kuat dan terasa hidup. Walaupun beberapa kali aku sempat sanksi kalau yang menderita bipolar disorder itu sebenarnya bukan cuma Jinan, tapi juga Cesa, mengingat keduanya sama-sama punya sifat labil.
Nah, yang menjadi poin minus novel ini ketika aku mendapati beberapa narasi/deskripsi yang seperti diulang-ulang. Misalnya, tentang penjelasan mengenai kebencian Cesa akan sifat Jinan, atau tentang penjelasan mengenai perasaan Cesa pada Nathan. Too much and too tell, menurutku.
Agak kecewa menjelang ending karena ekspektasiku bahwa akan ada "plot twist" di bagian klimaks novel ini, ternyata nggak ada. Tapi nggak kecewa-kecewa amat, karena dari awal baca terlanjur sudah menikmati gaya penceritaan yang dipakai penulis. Ceplas-ceplos, mengalir, dan tentu saja nggak menye-menye kayak buku teenlit di pasaran.
Ditunggu novel berikutnya, Mbak Swistien!
2 Komentar
Jadi tertarik pengen beli :3
BalasHapusKunjungi blog aku juga ya kaka-kaka, makasih. :D
BalasHapushttp://fadillahabdi.blogspot.com/
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!