Tidak sedikit orang yang menyarankan bahwa sebaiknya tidak memulai membaca karya Haruki Murakami dari novel perdananya, Dengarlah Nyanyian Angin. Sebab mayoritas pembaca menganggap novel ini sebagai karya paling membosankan dari sang penulis legendaris Jepang itu, apalagi jika dibandingkan dengan karya-karya beliau selanjutnya. Tapi entah kenapa aku malah lebih tertarik untuk membaca novel tipis ini lebih dulu. (Nah, mungkin itulah alasan paling prinsipiel: novel tipis)
"Tidak ada kalimat yang sempurna. Sama seperti tidak ada keputusasaan yang sempurna."
Kalimat pembuka Dengarlah Nyanyian Angin—yang diterjemahkan dari novel perdana Haruki Murakami "Hear the Wind Sing" dengan judul asli "Kaze no uta o kike"—seakan menjadi pengeklaiman bahwa karya pertamanya ini memang jauh dari sempurna.
Plot dalam novel ini diceritakan lewat sudut pandang seorang pria berusia 21 tahun yang tidak disebutkan namanya. Sang karakter utama, yaitu "Aku", ialah mahasiswa yang sangat terobsesi dengan seorang penulis bernama Derek Hartfield. Bagi Aku, menulis bukanlah cara untuk menyembuhkan diri, melainkan tidak lebih daripada sekadar percobaan-percobaan kecil dalam upaya menyembuhkan diri.
Sebenarnya tak ada yang begitu spesial dari deretan kisah dalam novel yang cenderung mirip autobiografi ini. Hanya celoteh tentang dunia kepenulisan, gerakan mahasiswa Jepang pada masanya, serta hubungan sensibel anak muda yang terlibat kenakalan hingga berujung pada kehilangan.
Kendati demikian, dengan segala kekurangannya ternyata novel ini pernah meraih beberapa penghargaan dan juga sempat diadaptasi menjadi sebuah film panjang oleh sutradara Kazuki Ōmori pada tahun 1981 (selang dua tahun sejak novelnya rilis pada tahun 1979).
1 Komentar
novel tipis yang dibikin film malah panjang ya..
BalasHapusbelom baca sih kalo yang ini..
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!