Sepertinya aku sudah telanjur menjadi penggemar Mitch Albom sejak beberapa tahun lalu, meski sampai saat ini belum berhasil membaca semua karyanya. The Five People You Meet in Heaven atau dalam versi terjemahannya berjudul Meniti Bianglala adalah salah satu novel favoritku. Selain menuturkan bagaimana imajinasinya tentang 'surga', dalam novel tersebut Mitch Albom juga menyinggung soal konsep kematian dengan kausalitasnya; bahwa satu aksi pada hal tertentu akan menimbulkan reaksi pada hal lain, termasuk apa yang kita perbuat di dunia akan dipertanyakan di alam baka.
The Next Person You Meet in Heaven (Orang Berikut yang Kaujumpai di Surga) ini merupakan novel sekuelnya, yang dirilis tepat 15 tahun setelah novel pertamanya terbit.
Dalam The Five People You Meet in Heaven, kita telah bertemu dengan tokoh Eddie—seorang veteran militer yang menghabiskan masa tuanya sebagai perawat taman hiburan. Pada usia 83 tahun, ia meninggal dunia sebab mengalami kecelakaan saat mencoba menyelamatkan seorang gadis kecil dari wahana yang rusak. Gadis itu bernama Annie.
Novel sekuelnya, The Next Person You Meet in Heaven menceritakan kisah hidup Annie pasca kejadian nahas yang menimpanya dulu. Setelah berhasil survive selama 30 tahun, Annie mengambil keputusan serius dalam hidupnya, yakni menikahi lelaki bernama Paulo—kekasih masa kecilnya.
Annie kecil mungkin dapat selamat dari insiden bianglala yang rusak, tapi takdir hidupnya harus berakhir di malam pernikahannya, tepat saat ia dan sang suami menaiki balon udara untuk merayakan hari bahagia mereka. (Betul, balon udara. Bukan balon tiup seperti dalam ilustrasi kovernya yang tidak akseptabel itu)
Dari judulnya, sebetulnya kita sudah diberi spoiler bahwa novel ini pasti akan mengulang premis yang ditawarkan dalam prekuelnya. Benar saja, ada lima orang yang ditemui Annie di surga. Namun, bagian menariknya adalah fakta bahwa salah satu sosok yang ditemuinya ialah Eddie.
Sulit untuk mengisolasi Mitch Albom dengan obsesinya menulis dongeng tentang kematian, karena itu sudah menjadi semacam fetis penulis. Dalam novel ini pun, ia masih setia berkhotbah lewat kehadiran para tokoh fiktif dan melodrama kilas balik mereka. Namun yang lebih penting lagi, kisah reuni Eddie dan Annie di sini bukan hanya sekadar fanservice bagi penggemar novel pendahulunya, tapi bisa menjadi bacaan spiritual sebagai pengingat betapa dekat jarak kita dengan kematian.
"Tidak ada kisah yang berdiri sendiri. Kehidupan kita saling berhubungan bagaikan benang di alat tenun, jalin-menjalin dengan cara-cara yang tak pernah kita sadari."
2 Komentar
Samaaa gue juga ngefans sama mitch albom. Tapi waktu itu belum punya kedua novel ini. yang telepon2 dari surga itu juga baguus. Kayak walaupun semua temanya beda2 jauh, tapi berasa banget ada mitch2 yang beradab.
BalasHapusGonna hate this book because of its plot of the main character.
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!